PURA BESAKIH
PURA BESAKIH
Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali yang berada di lereng sebelah barat daya Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Bali. yang disebut Hulundang Basukih yang kemudian menjadi Desa Besakih. Nama Besakih diambil dari Bahasa Sanksekerta, wasuki atau dalam bahasa Jawa Kuno basuki yang berarti selamat.
SEJARAH PURA BESAKIH
Pura Besakih didasari pula oleh mithologi Naga Basuki sebagai penyeimbang Gunung Mandara. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Disebut mother of temple karena Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali.
Pura Besakih di bangun tahun 1284 oleh Rsi Markandeya yang merupakan seorang pemuka agama Hindu keturunan India. Rsi Markandeya membangun Pura Besakih karena mendengar suara gaib ketika bermeditasi di Dataran Tinggi Dieng. Ia dan pengikutnya pun sampai membelah hutan di Jawa untuk sampai ke pulau Bali. Konon di kala itu belum terdapat selat Bali seperti sekarang, karena pulau Jawa dan pulau Bali masih menjadi satu dan belum terpisahkan oleh lautan. Karena saking panjangnya pulau yang kita sebut sekarang dengan sebutan pulau Jawa dan pulau Bali, maka pulau ini di beri nama pulau Dawa yang artinya pulau panjang.
Kompleks Pura Besakih dibangun berdasarkan keseimbangan alam dalam konsep Tri Hita Karana, dimana penataannya disesuaikan berdasarkan arah mata angin agar struktur bangunannya dapat mewakili alam sebagai simbolisme adanya keseimbangan tersebut. Masing-masing-masing-masing arah mata angin disebut mandala dengan dewa penguasa yang disebut “Dewa Catur Lokapala” dimana mandala tengah sebagai porosnya, sehingga kelima mandala dimanifestasikan menjadi “Panca Dewata”.
STRUKTUR BANGUNAN PURA BESAKIH
Kawasan Pura Besakih memang sangat luas. Terdapat tak kurang dari 18 Pura Pakideh (pura yang tergolong pura umum), 13 Pura Pedharman dan lebih dari 15 pura paibon. Sebagaimana sudah disebut, ada area inti, penyangga dan penunjang, maka memasuki kawasan Pura Agung Besakih, dari bagian hilir/bawah (soring ambal-ambal) hingga ke hulu, terdapat beberapa gugus pura. Berikut merupakan struktur bangunan pura besakih berdasarkan arah mata angin :
1. Pura Penataran Agung Besakih
Pura Penataran Agung Besakih ini sebagai pusat mandala di arah Tengah dan merupakan pura terbesar dari kelompok pura yang ada dan pura ini paling sering dikunjungi oleh para pengunjung dan umat hindu., yang ditujukan untuk memuja Dewa Çiwa.
2. Pura Gelap
Pura Gelap pada arah Timur untuk memuja Dewa Içwara. Lokasi Pura Gelap Besakih juga paling tinggi dan di paling ujung, kamu bisa menikmati keindahan alam dari lokasi tersebut. Kamu bahkan bisa melihat pura lain di komplek tersebut melaluinya.
3. Pura Kiduling Kreteg
Pura Kiduling Kreteg terletak pada arah Selatan yang berisikan di mana pelinggih pokoknya Meru tumpang 11 kahyangan Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Brahma atau Dewa Brahma.
4. Pura Ulun Kulkul
Pura Ulun Kulkul terletak pada arah Barat yang berikan semua bangunan Pelinggih yang terdapat di dalamnya dihiasi dengan pengangge-pengangge sarwa jenar atau hiasan serba kuning yang bertujuan untuk memuja Dewa Mahadewa.
5. Pura Batumadeg
Pura Batumadeg terletak pada arah utara. Pura ini cukup luas di mana di dalamnya banyak terdapat palinggih-palinggih dan meru. Palinggih pokok adalah Istana Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Wisnu berupa meru tumpang sebelas untuk memuja Dewa Wisnu.
Comments
Post a Comment